HeadlinePolemik

Polemik Lahan Tol Cijago, Pemilik Lahan Minta Rp 15 Juta Per Meter

Limo | jurnaldepok.id
Kisruh masalah besaran harga tanah terkena tol Cinere – Jagorawi (Cijago) yang disampaikan oleh tim appraisal proyek tol Cijago untuk para pemilik lahan diwilayah Rw 01 dan Rw 02, Kelurahan Krukut, Kecamatan Limo, hingga kini masih deadlock dan belum menemui kesepakatan, pasalnya harga kompensasi tanah yang ditawarkan tim appraisal sangat jauh dari estimasi dan harapan para pemilik tanah.

Mantan Ketua Rw 01, Kelurahan Krukut, Kecamatan Limo, Jarkonih mengatakan, pada musyawarah penawaran harga di balai serba guna Beji pekan silam, tim apparaisal menetapkan harga dengan kisaran Rp 2,2 juta hingga Rp 6 juta, sedangkan warga pemilik lahan menginginkan kisaran harga antara Rp 10 hingga Rp 15 juta.

“Harga yang ditawarkan oleh tim appraisal masih sangat jauh dari harapan kami, karena kami meminta harga termurah Rp 10 juta dan yang paling tinggi Rp 15 dan itu sangat jauh dari penetapan harga oleh tim apparaisal oleh karenanya polemik ini berpotensi membuat masalah pembebasan lahan menjadi terhambat, ” kata Jarkonih.

Setali dua uang, Kepala SMP Citra Bangsa, Zulkarnain mengaku pihaknya juga belum bisa menerima harga yang ditawarkan oleh tim appraisal.

“Sekolah kami juga tergerus proyek tol Cijago, dan lahan sekolah kami seluas lebih dari seribu meter persegi hanya ditawar Rp 6 miliar itu artinya harga tanah permeternya hanya Rp 6 juta, ” kata Zulakrnain.

Seperti warga pemilik lahan lainnya, Zulkarnain juga berharap akan ada perubahan harga secara signifikan, minimal dua kali lipat harga dari tawaran pertama.

“Saya rasa tanah sekolah kami yang terletak sangat dekat dengan jalan raya Krukut, pantas dihargai Rp 12 juta permeter, dan kami akan menunggu perubahan harga sama seperti warga pemilik lahan lainnya, ” ujar Zulkarnain, kepada Jurnal Depok, kemarin.

Kesenjangan besaran kompensasi yang ditawarkan tim appraisal dengan harapan warga begitu jauh, membuat kisruh pembebasan lahan untuk pembangunan tol Cijago diwilayah Krukut bakal berlangsung lama lantaran tidak mudah menselaraskan antara penawaran tim appraisal dengan keinginan warga. n Asti Ediawan

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button