Kenali Gejala Stunting Sejak Dini dan Berikut Ini Cara Penanganannya

103
dr. Dayu Satriani, SpPK,

Margonda | jurnaldepok.id
Menurut data dari WHO, di seluruh dunia 178 juta anak dibawah usia lima tahun diperkirakan mengalami pertumbuhan terhambat karena stunting dan di Indonesia sendiri data stunting pada Januari 2023 sebanyak 21,6%.

Permasalahan stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru akan terlihat ketika anak sudah menginjak usia dua tahun. Padahal anak-anak Indonesia merupakan aset negara dan untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia peningkatan kesehatan anak bangsa adalah investasi nasional untuk meraih tujuan tersebut.

Stunting pada anak dapat disebabkan antara lain oleh kurang gizi jangka lama, gangguan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan, atau sering menderita infeksi di awal masa kehidupannya.

Selain terhambat pertumbuhannya, stunting dapat menyebabkan perkembangan otak yang tidak maksimal sehingga mempengaruhi kemampuan belajar anak menjadi rendah serta prestasi belajarnya dapat menjadi buruk.

Selain itu, efek jangka panjang yang disebabkan oleh stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga bisa menjadi satu faktor risiko penyakit lain dikemudian hari.

Berikut ini gejala stunting

1. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya
3. Berat badan rendah untuk anak seusianya
4. Pertumbuhan tulang tertunda

Bagaimana cara Mencegah Stunting?

Diakibatkan oleh asupan gizi yang kurang, mencegah stunting tentu dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan gizi yang sesuai, upaya pencegahan baiknya dilakukan sedini mungkin. Pada usia 1.000 hari pertama kehidupan, asupan nutrisi yang baik sangat dianjurkan untuk dikonsumsi oleh ibu hamil.

Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dirinya, asupan gizi yang baik juga dibutuhkan jabang bayi yang ada dalam kandungannya serta tindakan lain adalah skrining atau deteksi dini.

Skrining atau uji saring pada bayi baru lahir (Neonatal Screening) yang umum disebut skrining hipotiroid kongenital (SHK) adalah pemeriksaan yang dilakukan pada saat bayi berumur beberapa hari untuk mendeteksi adanya gangguan kongenital sedini mungkin, sehingga bila ditemukan dapat segera dilakukan intervensi secepatnya.

“SHK dilakukan dengan cara memeriksa hormon tiroid dalam darah bayi baru lahir. Proses ini sederhana dan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Jika hasil skrining menunjukkan adanya kelainan atau kadar hormon tiroid yang rendah, bayi tersebut akan menjalani pemeriksaan tambahan dan menerima pengobatan yang sesuai. Hal ini dapat mencegah kerusakan jangka panjang yang disebabkan oleh kekurangan hormon tiroid pada bayi,” ujar dr. Dayu Satriani, SpPK, Praktisi Medis kepada jurnaldepok.id, Sabtu (18/11/23).

Ia menambahkan, pemeriksaan SHK didukung oleh program JKN di seluruh provinsi, sehingga semua bayi dapat mengakses layanan ini tanpa hambatan keuangan. Selain itu, pemerintah juga memberikan dukungan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan melalui pelatihan dan orientasi terkait SHK.

Dijelaskannya, cara pemeriksaan SHK atau teknik pengambilan darah yang digunakan adalah melalui tumit bayi (heel prick) darah yang keluar kemudian diteteskan pada kertas saring khusus sampai bulatan kertas penuh terisi darah, kemudian setelah kering dikirim ke laboratorium SHK.

“Kemudian hasil pemeriksaan disampaikan kepada koordinator fasilitas kesehatan sesegera mungkin oleh laboratorium SHK, kemudian tes konfirmasi dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis Hipotiroid Kongenital pada bayi dengan hasil skrining tidak normal.

Program SHK ini, kata dia, memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan dan pertumbuhan normal bayi. Oleh karena itu untuk menjalani pemeriksaan SHK pada bayi yang baru lahir.

“Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa generasi masa depan Indonesia tumbuh dan berkembang dengan sehat dan optimal. Program ini bukan hanya langkah preventif yang penting, tetapi juga menjadi salah satu langkah yang semakin populer dalam upaya mewujudhkan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak Indonesia,” pungkasnya. n Rahmat Tarmuji

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here