Khutbah Jumat: Empat Cara Membaca Al-Qur’an

53
KH Syamsul Yakin

Oleh: KH Syamsul Yakin
Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dalam mahakarya miliknya yang terkenal dan fenomenal, yakni kitab al-Matsnawi, Jalaluddin Rumi (wafat 1273 Masehi di Konya, Turki) menulis empat cara membaca al-Qur’an. Keempat cara itu membuat pembacanya menemukan hasil yang berbeda-beda.

Inilah ungkapan terkenalnya itu. “Kalau kamu membaca al-Qur’an dengan matamu, maka kamu akan menemukan kata-kata. Kalau kamu membaca al-Qur’an dengan akalmu, maka kamu akan mendapat pengetahuan. Kalau kamu membaca al-Qur’an dengan hatimu, maka kamu akan menemukan cinta. Kalau kamu membaca al-Qur’an dengan jiwamu, maka kamu akan menemukan Tuhan”.

Tentang cara membaca al-Qur’an yang pertama, yakni, “kalau kamu membaca al-Qur’an dengan matamu, maka kamu akan menemukan kata-kata”. Inilah dimensi eksoterik al-Qur’an yang tak lain adalah tumpukan kata. Namun bukan kata-kata biasa. Sebab bagi yang membaca tumpukan kata itu beroleh pahala. Bahkan per huruf dilipatgandakan pahalanya jadi sepuluh kali.

Dalam tumpukan kata al-Qur’an ini juga terkandung mukjizat, petunjuk, dan obat. Allah tegaskan, “Al-Qur’an adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman” (QS. Fushshilat/41: 44).

Tentang cara membaca al-Qur’an yang kedua, yakni, “kalau kamu membaca al-Qur’an dengan akalmu, maka kamu akan mendapat pengetahuan”. Membaca al-Qur’an dengan cara ini lebih kritis ketimbang cara pertama. Karena cara ini akan menyibak prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an. Seperti biologi, fisika, sosiologi, ekonomi, hukum dan lain-lain. Namun begitu al-Qur’an bukan kitab tentang ilmu pengetahuan.

Tentang al-Qur’an mengandung prinsip-prinsip ilmu pengetahuan, Allah berfirman, “Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah)” (QS. al-Rahman/55: 33). Kekuatan dalam hal ini bisa dimaknai denga sains dan teknologi.

Cara membaca al-Qur’an yang ketiga akan menyibak dimensi esoterik al-Qur’an. Hal ini tampak jelas dari pernyataan Jalaluddin Rumi, “kalau kamu membaca al-Qur’an dengan hatimu, maka kamu akan menemukan cinta”. Dimensi cinta ini tak sebatas kepada Allah, tapi juga kepada manusia, hewan, dan tetumbuhan.

Jadi dapat dikatakan tempat cinta adalah di hati. Tempat ilmu ada pada akal. Sedangkan tempat kata-kata ada pada mata.

Namun cara terbaik membaca al-Qur’an adalah dengan jiwa. Seperti kata Jalaluddin Rumi, “kalau kamu membaca al-Qur’an dengan jiwamu, maka kamu akan menemukan Tuhan”. Menemukan Tuhan maksudnya adalah musyahadah, yakni keyakinan bahwa seorang hamba berhadapan langsung dengan Allah saat membaca al-Qur’an.

Semoga kita mampu mambaca al-Qur’an secara padu dengan mata kita, akal kita, hati kita, dan jiwa kita. Harapan kita, tatkala membaca al-Qur’an kita tidak hanya menemukan tumpukan kata, tapi juga ilmu, cinta, dan musyahadah.*

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here