


Oleh: KH Syamsul Yakin
Wakil Ketua Umum MUI Kota Depok
Dalam khasanah klasik, minimal ada tiga kitab yang mengutip riwayat tentang keutamaan membaca shalawat pada hari Jumat. Pertama, Imam al-Suyuthi dalam kitabnya Lubabul Hadits. Kedua, Syaikh al-Qalyubi dalam kitabnya al-Nawadir. Ketiga, Syaikh Nawawi dalam kitabnya Tanqihul Qaul.

Imam al-Suyuthi mengutip hadits Nabi yang bermakna, “Siapa saja yang bershalawat kepadaku setiap hari Jumat sebanyak empat puluh kali, maka seluruh dosa-dosanya dihapus oleh Allah”.
Tidak ada keterangan tentang dosa yang dimaksud, dosa besar atau dosa kecil.
Ada tujuh dosa besar yang tersirat dalam sabda Nabi, “Menyekutukan Allah (syirik), sihir, membunuh manusia yang Allah haramkan kecuali dengan alasan yang hak, makan harta riba, makan harta anak yatim, lari dari medan perang, dan menuduh berzina kepada wanita yang beriman, menjaga kehormatannya, lagi bersih dari perbuatan zina” (HR. Bukhari). Inilah di antara dosa yang diampuni apabila yang dihapus itu adalah dosa besar.
Tentang ragam dosa kecil, Nabi memberi isyarat, “Jika kalian berada di tempat buang air, maka janganlah menghadap kiblat dan jangan membelakanginya saat buang air kecil maupun buang air besar, tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat” (HR. Bukhari). Perbuatan yang menyalahi petunjuk Nabi inilah yang dikatakan dosa kecil. Dosa kecil inilah yang diampuni, apabila yang dihapus itu adalah dosa kecil.
Selanjutnya, Syaikh al-Qalyubi mengutip hadits Nabi yang bermakna, “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku pada hari Jumat sebanyak seratus kali, maka Allah akan memenuhi seratus kebutuhannya. Tujuh puluh kebutuhan nanti di akhirat, dan tiga puluh kebutuhan saat ini di dunia.
Karena dengan bershalawat kepadaku, Allah mendelegasikan malaikat untuk membawa shalawat itu ke kuburku. Persis seperti hadiah yang dikirim seseorang untuk kalian. Malaikat kemudian memberi tahu nama orang itu dan menuliskan namanya di sampingku dalam sebuah lembaran putih. Kelak aku akan membalasnya pada hari kiamat”.
Pada hari kiamat orang seperti itu termasuk orang yang paling utama. Nabi memberi informasi, “Sesungguhnya orang yang paling utama di sisiku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku” (HR. Bukhari).
Terakhir, Syaikh Nawawi mengutip hadits Nabi dari perawi hadits yang bernama Anas bin Malik, dia berkata, “Aku pernah berdiri di hadapan Rasulullah. Lalu beliau bersabda, “Siapa saja yang bershalawat kepadaku setiap hari Jumat sebanyak delapan puluh kali, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya selama delapan puluh tahun”.
Aku (Anas bin Malik) bertanya, “Bagaimana caranya bershalawat kepadamu?” Nabi menjawab, “Ucapkanlah, “Allahumma Shalli ala Muhammadin Abdika wa Rasulikan Nabiyil Ummiyi”.
Inilah tiga keutamaan bershalawat kepada Nabi yang terungkap dalam tiga sabda beliau yang ditulis oleh tiga ulama besar yang hidup pada zaman yang berbeda-beda. Semoga kita bisa bersegera mengamalkannya.*

