Khutbah Jumat: Membaca Isyarat

34
KH Syamsul Yakin

Oleh: KH Syamsul Yakin
Wakil Ketua Umum MUI Depok

Syaikh Nawawi dalam Fathush Shamad mengajak kita untuk membaca isyarat. Hal itu dikemukakan ketika beliau menuliskan peristiwa kelahiran Nabi. Pada waktu itu Aminah menyaksikan cahaya yang keluar bersama Nabi ketika beliau dilahirkan. Aminah menyaksikan peristiwa itu dalam kondisi terjaga, bukan bermimpi.

Diungkap oleh Ibnu al-Jauzi dalam Syarafal Anam bahwa cahaya itu menerangi gedung-gedung yang ada di negeri Syam (sekarang Damaskus atau Suriah) Tak hanya itu, cahaya tersebut menerangi semua wilayah yang ada di Timur dan di Barat. Timur representasi Romawi dan Barat representasi Persia.

Menurut Syaikh Nawawi, keluarnya cahaya dari rahim Aminah berbarengan dengan Nabi dilahirkan adalah isyarat bahwa penduduk bumi akan mendapat petunjuk atau pencerahan. Kegelapan yang menyelimuti bumi akan sirna, berganti dengan cahaya kenabian. Kemusyrikan akan lenyap berganti dengan keimanan.

Sementara itu, menurut Syaikh Nawawi, diteranginya gedung-gedung Bashra oleh cahaya yang keluar bersama beliau saat dilahirkan dapat dibaca sebagai isyarat bahwa negeri Syam itu spesial bagi Nabi. Artinya Bashra yang berada di wilayah Syam kala itu kelak kedua pusat peradaban tersebut akan berada di bawah kekuasaan Nabi. Sejarah menunjukkan bahwa isyarat tersebut memang terbukti tidak meleset.

Secara historis, bukan hanya Nabi Muhammad yang hijrahkan ke Baitul Maqdis yang saat itu masuk dalam teritorial kekuasaan negeri Syam, tapi juga Nabi Ibrahim. Bahkan Nabi Isa, tulis Syaikh Nawawi, kelak akan turun sebelum terjadinya huru-hara kiamat di negeri Syam.

Berikutunya, pada saat beliau lahir yang dibidani oleh Dayyah al-Syifa seketika itu pula Nabi mengambil tanah dan menggenggamnya seraya mengangkat kepala ke langit. Paling tidak, menurut Syaikh Nawawi, pada kejadian ini ada dua isyarat yang dapat dibaca. Pertama, Allah akan menempatkan ajaran beliau ke seluruh penjuru dunia. Tanah itu juga diisyaratkan sebagai senjata yang ditaburkan ke wajah para musuh untuk mengalahkan mereka.

Kedua, terkait menengadahnya kepala Nabi ke langit, menurut Syaikh Nawawi, sebagai isyarat bahwa ajaran yang dibawa Nabi itu tinggi dan mulia. Tentu kita bisa memperpanjang isyarat lainnya yang harus dibaca dalam lanskap kehidupan Nabi berikutnya.*

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here