Cegah Penyakit Lato Lato, Penjual Sapi Kurban Siagakan Dokter Hewan

133
Inilah sapi kurban milik H Doni yang diklaim sehat secara keseluruhan dan terhindar dari penyakit Lato Lato

Cimanggis | jurnaldepok.id
Mengantisipasi penyakit pada hewan kurban dari Lumpy Skin Disease (LSD) atau Lato Lato, penjual hewan kurban mempersiapkan dokter.

Pemilik Mal Hewan Kurban, H Doni kepada wartawan mengatakan, hewan kurban miliknya yang dijual sudah divaksin semua dan bisa dilihat datanya dari barcode yang tertera di telinga.

“Sekarang sapi itu untuk melihat sudah divaksin atau belum ada tanda di bagian telinga dan nanti bisa discan, baik untuk mengetahui penyakit seperti mulut dan kuku,” ujarnya, kemarin.

Pihaknya juga mempersiapkan tenaga dokter untuk setiap kala akan melakukan kesehatan hewan kurban miliknya.

“Dokter kami juga melakukan pemeriksaan hewan sampai Idul Adha,”katanya.

H Doni menambahkan, jelang Idul Adha 2023 yang diprediksi akan berlangsung pada 29 Juni mendatang, sudah ada 1.600 sapi miliknya yang dipesan konsumen.

“Sapi di kami sudah terjual 1.600 ekor, dari stok 4.200 ekor,” jelasnya.

Dia mengatakan, di kandangnya di kawasan Cisalak terdapat beragam hewan kurban dengan harga mulai dari belasan hingga ratusan juta rupiah.

“Kami jual harga hewan kurban mulai dari yang besar itu diatas Rp 100 juta, tapi ada yang di bawahnya, ada yang Rp 17 juta, Rp 18 juta, Rp 20 juta dan harga lainnya,” terangnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, pada momen Idul Adha tahun ini, banyak para pembelinya yang merupakan calon anggota legislatif.

“Tahun ini kebetulan jelang pesta pemilu ya demokrasi, banyak juga ya calon-calon legislatif yang membeli sapi di tempat kami. Kami enggak bisa sebutin satu persatu karena banyak sekali,” ungkapnya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Depok, Dede Zuraida mengungkapkan, ada 21 sapi yang terjangkit Lumpy Skin Disease (LSD) atau lato-lato.

“Populasi sapi di Kota Depok hingga Mei 2023 mencapai 6.542 ekor, sehingga sapi yang terjangkit lato-lato terbilang kecil dari keseluruhan populasi hanya ada 21 sapi terjangkit LSD atau lato-lato,” tukasnya.

Dalam penanganan soal penyakit LSD, lanjut Dede, butuh peran serta bersama.

“Penanggulangan dari pemerintah adalah meningkatkan kewaspadaan terhadap LSD dengan memperkuat sistem surveilans. Dari deteksi dini penyakit, penelusuran kasus, surveilans aktif dan pasif,” paparnya.

Bagi sapi yang terkena lato-lato, kata dia, dapat dilakukan isolasi atau karantina, juga vaksinasi darurat, dan pengendalian vektor yaitu pengendalian virus secara mekanis.

Terakhir komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) dengan mendorong keterlibatan masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya.

“Nanti pada H-10 Idul Adha kami akan berkeliling dengan menggerakkan kurang lebih 30 petugas,” katanya. n Aji Hendro

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here