


Laporan: Rahmat Tarmuji
Gerakan Siber (Aksi Bersih) Sungai Krukut dilanjutkan oleh guru dan siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 4 Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Siswa dan guru yang terhimpun sebagai Komunitas pencak Silat MTsN 4 Jakarta bersama komunitas seniman, budayawan, Laskar Kali Krukut, Care Indonesia dan pihak terkait lainnya melakukan bersih-bersih Sungai Krukut Tanah Baru, Depok.
Aksi ini merupakan bagian upaya pelestarian alam dan budaya, sesuai pesan falsafah Gong Si Bolong. Gong si Bolong ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai Warisan budaya tak benda (WBtB), merupakan gong yang berlubang bagian tengahnya.
Dimainkan bersama alat musik lain dan tarian bernuansa silat. Gong Si Bolong ditemukan pada tahun 1549 di tepi Sungai Krukut, yang saat itu bersih dan menjadi lokasi wisata di Kota Depok.
Falsafah gong berbentuk lingkaran melambangkan cara masyarakat memahami alam secara harmoni karena adanya keseimbangan. Keseimbangan alam dan harmoni para aktor yang menjaga alam menjadi falsafah penting yang sering dilupakan.

Siswa MTsN 4 Jakarta, Syauqy Faza Mukti Al Haritsy (warga Cilodong, Depok), Shafa Raihanah (warga Beji, Depok), Khaydar Aliy Mufaza (warga Cimanggis, Depok) bersama Arung Lazuardi Wicaksono (warga Jakarta Utara) dan Shakeela Batrisya Ariviaputri (warga Jakarta Selatan), menggerakkan remaja lintas agama menjaga keseimbangan alam.
Pesan harmoni, keseimbangan dan moderasi beragama diwujudkan dalam aksi bersih sungai oleh mereka yang juga tergabung dalam Komunitas Pencak Silat.
Kegiatan Siber Sungai Krukut Minggu, (22/01/23) diawali dengan diskusi bersama Karang Taruna, seniman Betawi, budayawan Gong Si Bolong, Ketua Lembaga Kesenian Depok, dilanjutkan dengan briefing persiapan bersih sungai oleh perwakilan Care Indonesia dan Laskar Kali Krukut.
“Komunitas pencak silat bekerjasama dengan budayawan, remaja lintas agama melakukan aksi bersih Sungai Krukut, merupakan bentuk nyata budaya moderasi beragama untuk menjaga alam. Mengangkat nilai-nilai toleransi demi kebersamaan menjaga alam bersama komunitas lintas agama,” ujar Syauqy Faza, salah satu siswa yang ikut giat Siber Sungai Krukut.
Hal senafa diungkapkan oleh siswa lainnya, Arung Lazuardi. Ia mengatakan, rangkaian kegiatan ini merupakan persiapan menuju Konferensi Internasional Caretaker of environment International (CEI) ke-37 yang mengangkat tema Natural and Cultural Heritage.
Sementara Shafa Raihanah, Khaydar dan Shakeela yang juga merupakan anggota delegasi CEI merasa senang dapat turut serta menjaga kelestarian budaya dan alam.
“Kami berharap aksi bersih Sungai Krukut dapat didukung banyak pihak, agar lebih baik hasilnya, dalam jangka panjang semoga dapat terwujud Sungai Krukut Zero Waste, karena tumpukan sampah di perkotaan dapat memicu terjadinya banjir,” ungkapnya.
Guru Pembina, Imrohatin yang didampingi Tengku Hantama menambahkan, pihaknya berupaya menguatkan karakter bertanggung jawab terhadap pelestarian budaya dan menjaga lingkungan yang sustainable.
“Kesadaran dan kepedulian terhadap warisan budaya mendorong siswa-siswa MTsN 4 Jakarta belajar kesenian Gong Si Bolong, menegakkan falsafahnya yaitu keseimbangan, harmoni dan moderasi,” jelasnya.
Ia berharap para siswa terus mempelajari, memahami dan memperkenalkan Gong Si Bolong dalam event internasional sekaligus menunaikan pesan harmoni dan moderasi beragama untuk bersama-sama menjaga alam, khususnya lingkungan Sungai Krukut, tempat ditemukan pertama kali alat musik Gong Si Bolong.
Retno Dewi Utami, Kepala Madrasah MTsN 4 Jakarta mengatakan, upaya menyebarluaskan pendidikan lingkungan ini, selain untuk siswa MTs N 4 Jakarta, juga dalam rangka mengajak institusi pendidikan lainnya membersamai gerakan ini.
“Menjaga budaya, menjaga alam,” pungkasnya. n

