


Margonda | jurnaldepok.id
Dicopotnya Hardiono dari Ketua DPD Partai NasDem Kota Depok mendapat sambutan positif dari para kader di Kota Depok. Mereka menilai, langkah yang diambil DPW Partai NasDem Jawa Barat sudah tepat.
Pasalnya, Hardiono dianggap tak mampu membesarkan partai dan membuat para kader tak nyaman di masa kepemimpinannya.
Gita Kurniawan yang menjadi ‘korban’ pemecatan Hardiono mengungkapkan, bahwa dirinya lah yang pertama kali membawa dan memperkenalkan Hardiono ke Ketua DPW Partai NasDem Jawa Barat, Saan Mustopa pada 2021 silam.

Namun dalam perjalannya, Gita ‘dibuang’ di tengah jalan dikarenakan dianggap tidak sejalan dengan Hardiono. Gita pun buka-bukaan terkait kinerja Hardiono dalam mengurus partai.
“Kang Saan saat itu langsung memerintahkan Hardiono untuk merapihkan struktur partai, terutama DPRt. Dari 63 DPRt tapi hingga kini baru terbentuk 18 DPRt, itu pun sudah ada yang terbentuk sebelum kepengurusan Hardiono. Saya enggak tahu kenapa progresnya cuma segitu,” ujar Gita kepada Jurnal Depok, kemarin.
Atas kinerja itu, Gita pun mendapat teguran dari DPW untuk mengingatkan Hardiono paling tidak dapat membentuk 50 persen DPRt di Kota Depok.
“Begitu pun kepengurusan di DPD yang banyak revisi, saya yang menjabat wakil ketua malah dijadikan dewan pakar. Bahkan, direvisi kedua ini saya mendengar kabar bahwa saya telah dicoret dari struktur DPD. Begitu juga dengan Soertaman yang digantikan orang lain sebelum akhirnya ia mengundurkan diri tanpa ada rapat pleno pengurus harian,” paparnya.
Sesuai ADART, kata dia, jika dilakukan pergantian pengurus seharusnya Hardiono mengundang yang bersangkutan lengkap dengan admistrasi serta mengundang Dewan Pertimbangan dan meminta saran.
“Ini tidak melalui itu semua, tiba-tiba revisi. Kami kecewa dan menyesal hal ini bisa terjadi di NasDem Kota Depok. Padahal kami telah membangunnya sejak 11 tahun lalu, tapi semenjak dipimpin Pak Hardiono kok banyak konflik dan intrik, sehingga kader enggak nyaman,” kata Gita yang merupakan Tim 7 Pendiri NasDem Kota Depok.
Kondisi tersebut, kata dia, jelas berdampak pada kegiatan internal partai seperti Rapat Rabuan yang hanya dihadiri segelintir pengurus dikarenakan sudah merasa tidak nyaman.
“Bahkan saya mendapat kabar bahwa saat ini yang terpenting pencalegan, struktur nanti saja. Nyaleg itu kan butuh kelengkapan struktur, kalau struktur DPRt nya saja baru 18, bagaimana mau dapat kursi,” terangnya.
Hal senada diungkapkan oleh Ketua DPC NasDem Kecamatan Sawangan, Christanto. Ia akan mengikuti keputusan DPW NasDem Jawa Barat yang telah mencopot Hardiono.
“Kami akan ikuti proses yang sedang berjalan. Kami membenarkan dan mendukung DPW bahwa perlu evaluasi menyeluruh terhadap DPD agar kami yang bersentuhan langsung dengan masyarakat tidak bingung. Lebih cepat keputusannya maka akan lebih baik, karena waktu terus berjalan,” tandasnya.
Sementara itu Achmad Chaerudin, Wakil Ketua DPW Partai Nasdem Bidang Hubungan Legislatif dan Koordinator Dapil Jabar 6 (Depok-Bekasi) mengungkapkan, pihaknya meberhentikan tiga ketua DPD NasDem di Jawa Barat salah satunya Kota Depok.
“Yang kami Plt kan Kota Tasik, Ciamis dan Kota Depok. Kota Tasik dan Ciamis enggak ada perlawanan karena mereka sadar dan jujur terhadap dirinya bahwa mereka tak memiliki kemampuan seperti yang kami harapkan, mereka legowo,” ungkapnya.
Terkait dengan Depok, pihaknya segera mengambil alih kepengurusan yang nantinya akan ditunjuk Plt atau caretaker dari unsur pengurus DPW.
“SK pemberhentian Hardiono akan kami terbitkan dalam waktu sesingkat-singkatnya,” pungkasnya. n Rahmat Tarmuji

