Ramadhan Dan Pancasila

455
H. Khairulloh Ahyari, S.Si

Oleh : H. Khairulloh Ahyari, S.Si
Sekretaris MUI Kota Depok

Dalam buku “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” karya Cindy Adams, di halaman 253 ada kisah menarik yang disampaikan oleh Bung Karno terkait dengan pilihannya untuk membacakan proklamasi kemerdekaan di tanggal 17 Agustus 1945. Kata Bung Karno, “Hari Jumat ini Jumat Legi. Jumat yang manis. Jumat suci. Dan hari Jumat tanggal 17. Al Quran diturunkan tanggal 17. Orang Islam melaksanakan solat 17 rakaat dalam sehari. Mengapa Nabi Muhammad memerintahkan 17 rakaat, bukan 10 atau 20? Karena kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia “.

Bulan Ramadhan ternyata memiliki arti sangat penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Kita tahu kemudian, bahwa Bung Karno dan Bung Hatta akhirnya memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan 1376 H.

Untuk tahun ini terasa ada yang sangat istimewa. Tanggal 17 Ramadhan 1439 H bertepatan dengan tanggal 1 Juni 2018 M. Pada setiap tanggal 17 Ramadhan ummat Islam memperingati Nuzulul Quran, yaitu peristiwa diturunkannya Al Quran sebagai petunjuk bagi ummat manusia.

Sedangkan tanggal 1 Juni adalah hari yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai hari kelahiran Pancasila. Pancasila yang merupakan falsafah hidup bangsa Indonesia. Pancasila yang merupakan Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pancasila yang merupakan warisan para ulama dan para pendiri bangsa, sebagai pedoman bagi kita dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bagi ummat Islam, nilai-nilai yang terkandung pada sila-sila yang terdapat dalam Pancasila sangat bersesuaian dengan ajaran Islam. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, sangat sesuai dengan ajaran tauhid yang intinya adalah mengesakan Allah SWT. Dalam al Quran surat al Ikhlas (1-4), Allah SWT berfirman, “ Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” Selain ayat ayat yang terdapat dalam surat al ikhlas di atas masih sangat banyak ditemukan dasar-dasar yang mengharuskan kita untuk mengesakan Allah SWT. Bahkan dosa yang terbesar dan tidak diampuni adalah ketika seseorang tidak lagi mengesakan Allah atau telah melakukan kemusyrikan. Yaitu menduakan Allah SWT atau percaya terhadap selain-Nya.

Sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang adil dan beradab, memiliki kesesuaian yang sangat besar dengan nilai-nilai Islam. Sebagai satu contoh saja, sebagaimana yang terdapat dalam al Quran surat An Nisa 135, “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”

Bahkan keadaban atau akhlak mulia adalah keistimewaan yang paling utama yang dimiliki oleh Rasulullah, bahkan sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. “Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” (Al-Ahzab: 21) dan kata Beliau dalam salah satu haditsnya yang sangat terkenal “Innama bu’itstu liutammima makarimal akhlaq (HR Bukhari). Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Kita diikat dengan kesamaan bahasa, kesamaan tanah air dan kesamaan kebangsaan, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ikatan kebangsaan atau ukhuwwah wathoniyah harus benar-benar teraplikasi dalam kehidupan pribadi dan sosial. Terkait dengan keragaman, Allah SWT berfirman “ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS al Hujurat : 13)

Sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan. Paling tidak, ada empat point yang bisa kita pahami dari sila keempat ini, tentang menjunjung daulat rakyat, memuliakan permusyawaratan perwakilan, memimpin dengan hikmat kebijaksanaan dan menunaikan pertanggungjawaban publik. Dalam demokrasi permusyawaratan, keputusan politik dikatakan benar jika memenuhi empat prasyarat. Pertama bersifat imparsial (tanpa pandang bulu), kedua didedikasikan bagi kepentingan umum, ketiga berorientasi masa depan dan keempat didasarkan pada asas rasionalitas yang obyektif. (Yudi Latif, Mata Air Ketauladanan, Pancasila dalam Perbuatan).

Dalam kitab suci Allah SWT berfirman,” Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” ( QS As Syuara : 38)

Masyarakat adil dan makmur adalah tujuan utama dari cita cita bangsa Indonesia. Oleh karena itu sila kelima yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, harus dapat terwujudkan. Dan untuk mencapai cita cita mulia itu, tidak saja diperlukan peran negara semata, tetapi membutuhkan peran serta semua lapisan masyarakat. Ummat Islam sebagai bagian terbesar dari bangsa Indonesia memiliki peran penting untuk memprakarsai terwujudnya jalan menuju Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera.

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (QS An Nahl : 90)
Dengan mengacu kepada pesan moral dari ayat al Quran diatas dan dari sila Keadilan sosial, diharapkan jeritan panjang rakay Indonesia dari kemiskinan, ketidakadilan, penindasan, kesewenang-wenangan dan kezaliman dapat menemukan momentum kebahagiaan. Gemah Ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja. Sebuah negeri yang berlimpah dengan keberkahan dari langit dan bumi, karena ketaatannya kepada Tuhan.

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf: 96)
Semoga, di bulan Ramadhan ini kita semakin dapat memaknai dan mengamalkan nilai-nila al Quran dalam setiap segi dari aktifitas pribadi dan sosial kita. Dan semoga nilai-nilai Pancasila bisa benar-benar dilaksanakan oleh seluruh bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Wallahu ‘alam

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here