

Unit Perlindungan Perempuan Anak (PPA)Polresta Depok berhasil membekuk seorang perempuan berinisial HN (32) dan seorang pria berinisial AN (27). Keduanya ditangkap karena diduga membawa lari anak di bawah umur serta dugaan eksploitasi anak.
“Pada hari Kamis (9/2) Unit PPA Polresta Depok berhasil amankan dua orang yang diduga melakukan eksploitasi anak serta kejahatan seksual terhadap anak,” ujar Kabag Humas Polresta Depok AKP Firdaus kemarin.
Dirinya mengatakan pelaku mengincar anak-anak yang usianya masih belasan dan remaja untuk diperkerjakan menjadi Pekerja Seks Komersial. “Salah satu tersangka yang berhasil kami tangkap berinisial HN dia yang mucikari atau biasa dipanggil Mami. Korban atas nama I (14) dan P (16). Mereka sebelumnya dibawa kabur pelaku kemudian dieksplotasi baik secara ekonomi maupun seksual untuk bekerja di tempat hiburan malam,” paparnya.

Dia mengungkapkan jika kedua pelaku ditangkap di Jalan Bendungan Kelurahan Cilodong Kecamatan Cilodong Kota Depok.
“Mereka ini diperas, diperalat dan dimanfaatkan dengan memperkerjakan mereka di tempat hiburan malam tujuan ya demi dapat untung,” ucapnya.
Pada saat penangkapan juga disita beberapa barang bukti antara lain 6 dus minuman keras, akta kelahiran korban dan catatan penjualan di tempat hiburan malam.
“Kedua pelaku terancam pasal 332 KUHP dan pasal 88 UU RI NO 35 TH 2014 Tentang Perlindungan Anak,” tutupnya.
Kasus eksploitasi anak mengundang reaksi kekhawatiran para orang tua. Mereka cemas terhadap pergaulan remaja yang terjadi saat ini. Salah satunya datang dari ibu rumah tangga bernama Eca. Warga Margonda ini mengaku tidak memberikan ponsel kepada anaknya meski anaknya beranjak remaja.
“Saya nggak kasih anak saya pegang HP. Khawatir karena sekarang kan banyak kasus anak ya. Mulai dari penculikan lewat Facebook, pornografi yang masih bisa diakses. Serem kalau ngebayangin hal itu,” tuturnya.
Dirinya mengatakan untuk menjauhi anaknya dari pergaulan yang tidak benar, ia sering mengajak anaknya berkomunikasi serta memberikan kegiatan yang bermanfaat yang bisa dilakukan anaknya.
“Anak saya kelas 6 SD. Di sekolahnya juga sudah banyak kegiatan, tapi nggak melulu belajar teori saja. Saya juga sering anak ngobrol, jadi kita tahu dia punya masalah apa dan merasa nggak sendiri an,” tandasnya.

